Kamis, 03 November 2011

METODE KB SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI SPERMISIDA

METODE KB SEDERHANA SPERMISIDA

SPERMISIDA

Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma.

Jenis spermisida terbagi menjadi:

1. Aerosol (busa).
2. Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film.
3. Krim.

Cara Kerja

Cara kerja dari spermisida adalah sebagai berikut:
1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah.
2. Memperlambat motilitas sperma.
3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

Pilihan

1. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi).
2. Aerosol dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau metode kontrasepsi lain tidak sesuai dengan kondisi klien.
3. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan. Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi) sebelum hubungan seksual.
4. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma.

Manfaat

Alat kontrasepsi spermisida ini memberikan manfaat secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi.

Manfaat kontrasepsi
1. Efektif seketika (busa dan krim).
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Sebagai pendukung metode lain.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
6. Mudah digunakan.
7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
8. Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik.

Manfaat non kontrasepsi
Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS.
Keterbatasan

1. Efektifitas kurang (bila wanita selalu menggunakan sesuai dengan petunjuk, angka kegagalan 15 dari 100 perempuan akan hamil setiap tahun dan bila wanita tidak selalu menggunakan sesuai dengan petunjuk maka angka kegagalan 29 dari 100 perempuan akan hamil setiap tahun).
2. Spermisida akan jauh lebih efektif, bila menggunakan kontrasepsi lain (misal kondom).
3. Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara penggunaannya.
4. Tergantung motivasi dari pengguna dan selalu dipakai setiap melakukan hubungan seksual.
5. Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah spermisida dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual.
6. Hanya efektif selama 1-2 jam dalam satu kali pemakaian.
7. Harus selalu tersedia sebelum senggama dilakukan.

Penanganan Efek Samping
Pemakaian alat kontrasepsi spermisida juga mempunyai efek samping dan masalah lain. Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dan masalah-masalah yang timbul akibat pemakaian spermisida.

Efek Samping Atau Masalah Penanganan
  • Iritasi vagina atau iritasi penis dan tidak nyaman Periksa adanya vaginitis dan penyakit menular seksual. Bila penyebabnya spermisida, sarankan memakai spermisida dengan bahan kimia lain atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.
  • Gangguan rasa panas di vagina Periksa reaksi alergi atau terbakar. Yakinkan bahwa rasa hangat adalah normal. Bila tidak ada perubahan, sarankan menggunakan spermisida jenis lain atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.
  • Tablet busa vaginal tidak larut dengan baik Pilih spermisida lain dengan komposisi bahan kimia berbeda atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.
Petunjuk Umum
  1. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar sebelum melakukan hubungan seksual.
  2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau krim) dan insersi spermisida.
  3. Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan hubungan seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan waktu tunggu karena langsung larut dan bekerja aktif.
  4. Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun penyimpanan dari setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke dalam aplikator).
  5. Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum terjadi senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang kali.
  6. Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup secara keseluruhan.
Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai dengan bentuknya:
1. Aerosol (busa)







Cara pemakaian:
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit. Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan untuk mengisi busa. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan posisi berbaring. Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali pendorong karena busa dapat masuk kembali ke pendorong. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan. Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi. Spermisida aerosol (busa) dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari satu jam sebelum melakukan hubungan seksual.
2. Krim dan Jeli







Cara pemakaian:
Krim dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina dengan aplikator dan atau mengoles di atas penis. Krim atau jeli biasanya digunakan dengandiafragma atau kap serviks, atau dapat juga digunakan bersama kondom. Masukkan spermisida 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual. Isi aplikator dengan krim atau jeli. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks. Pegang aplikator dan dorong sampai krim atau jeli keluar. Kemudian tarik aplikator keluar dari vagina. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan.
Cara memasukkan spermisida bentuk busa, krim atau jeli dengan inserter.







Kontrasepsi Vagina Film/Tissue
Cara pemakaian:
Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.Spermisida bentuk film/ tissue ini berupa kotak-kotak tipis yang larut dalam serviks. Untuk menggunakannya, lipat film menjadi dua dan kemudian letakkan di ujung jari. Masukkan jari Anda ke dalam vagina dan dorong film ke dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang kering dan cara memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina, akan membantu penempelan dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu sekitar 15 menit agar film larut dan bekerja efektif.
3. Suppositoria






Cara pemakaian:
Suppositoria merupakan spermisidaberbentuk kapsul yang dapat larut dalam vagina. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum membuka kemasan. Lepaskan tablet vagina atau suppositoria dari kemasan. Sambil berbaring, masukkan suppositoria jauh ke dalam vagina. Tunggu 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual. Sediakan selalu tablet vagina atau suppositoria.
Cara memasukkan spermisida bentuk suppositoria.







Cara melepas nya

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI

A.   GENITALIA INTERNA WANITA

gambar E
Gambar 1. Alat Reproduksi Internal Wanita
1)      UTERUS
Uterus merupakan organ muskuler yang tebal, memiliki rongga dan berada diantara vesika urinaria disebelah anterior dan rektum disebelah posterior, dalam keadaan normal posisi uterus adalah anteversi dan antefleksi. Panjang uterus 7,5 cm dan lebar 4 – 5 cm, tebal 2,5 cm dengan berat sekitar 57 gram.
Struktur makroskopik :
-          Cervix : membentuk sepertiga bagian bawah uterus
-          Istmus : bagian yang menyempit dengan tebal kira-kira 7 mm dan terletak diantara corpus uteri dengan cervix uteri.
-          Korpus : membentuk dua pertiga bagian dasar uterus, dan merupakan bagian uterus yang terletak diatas cervix.
-          Kornu : daerah pada uterus dimana tuba fallopi berinsersi. Lumen tuba fallopi ini bermuara pada kavitas uteri.
-          Fundus : bagian uterus yang terletak di atas dan diantara dua kornu.
-          Kavitas : celah potensial yang berbentuk segitiga di bagian dalam uterus. Dinding uterus secara normal saling berhimpit.
pelvic011
Gambar 2. Uterus dan Anexa (tampak anterior)

Struktur mikroskopik :
-          Endometrium : lapisan membrane mukosa yang mempunyai aktivitas sekretoris. Karena endometrium dipengaruhi oleh hormone ovarium maka gambarannya bervariasi dari hari ke hari siklus menstruasi. Ketebalan pasca menstruasi dini ± 1 – 2 mm dan menjelang menstruasi ± 4 – 7 mm.
-          Miometrium : merupakan otot yang menyusun bagian terbesar uterus selama masa kehidupan seksual aktif. Serabut otot involunter saling bercampur dengan jaringan areolar, pembuluh darah, saluran limfa dan serabut saraf. Serabut otot sirkuler di bagian dalam dan otot longitudinal di bagian luar berlanjut sebagai serabut otot sirkuler involunter membentuk ligamentum penggantung uterus, memasuki uterus untuk menyatu dengan serabut-serabut longitudinal dan sirkuler di sana. Semua serabut tersebut saling bersilangan membentuk spiral yang berjalan searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam, tetapi membentuk lingkaran padat disekelilingi kornu dan cervix.
-          Perimetrium atau peritoneum : melapisi uterus dengan halus dan hampir menutupi seluruh uterus. Daerah yang tidak tertutup oleh perimetrium adalah daerah cervix dan daerah sempit pada dinding lateral uterus. Perimetrium melekat erat pada uterus, kecuali pada bagian istmus, perlekatan yang longgar di sini peritoneum membentuk excavatio vesicouterina. Di posterior peritoneum membentuk cavum douglasi (excavatio rectouterina).

Vascularisasi
Arteria ovarica di kanan dan di kiri yang berasal dari aorta abdominalis memvaskularisasi fundus uteri. Kedua arteri ovarica ini berjalan ke bawah untuk bertemu dengan arteria uterina pada sisi yang sama.
Arteria uterina sebelah kanan dan sebelah kiri mencapai uterus pada setinggi ostium internum, dan memberikan cabang-cabangnya untuk memasok darah bagi corpus uteri maupun cervix dan vagina.
Drainase vena menuju ke dalam vena ovarica yang menuju ke vena cava inferior di sisi kanan dan ke dalam vena renalis di sisi kiri.

Drainase limfatik
Drainase limfatik menuju ke lymphonodi iliaci dan sacrales.

Inervasi
Inervasi uterus melalui saraf simpatis dan parasimpatis dari pleksus Lee-Frankenhouser (sacralis).

Penopang
-          Ligamentum teres uteri (Round) : terutama tersusun oleh jaringan fibrosa, berperan mempertahankan uterus pada posisinya yang anteversi dan antefleksi. Ligamentum ini terbentang dari kornu pada kedua sisi uterus berjalan ke bawah dan berinsersi pada jaringan labium majus. Walaupun demikian ligament tersebut tetap memberikan kemungkinan gerak ke atas yang cukup bagi uterus pada waktu vesica urinaria mengembang (distensi).
-          Ligamentum latum (Broad) ; bukan merupakan ligamentum yang sebenarnya, tetapi merupakan lipatan peritoneum yang meluas ke lateral antara uterus dan dinding samping pelvis.
-          Ligamentum cardinal, ligamentum pubocervicale dan ligamentum uterosacrale : walaupun sebagai ligamentum penunjang cervix tetapi juga menunjang uterus, peregangan ligament ini secara berlebihan akan menyebabkan prolapsus uteri. Ligament ini tersusun atas lembaran-lembaran fascia pelvis yang menebal, serabut otot dasar pelvis dan uterus. Ligamentum pubocervicale terutama bertanggung jawab untuk mempertahankan sudut antara cervix dan dataran horizontal.
Hubungan
-          Anterior : seperti pada cervix. Usus (intestinum) terletak di atas vesika urinaria dan di depan corpus uteri.
-          Posterior : berhubungan dengan cervix, tuba fallopi, ovarium dan ligamentum teres uteri.
-          Superior : intestinum
-          Inferior : vagina 

2)    CERVIX
Cervix merupakan bagian dari uterus, namun struktur dan fungsinya berbeda dengan corpus uteri. Cervix membentuk sepertiga bagian bawah uterus dan merupakan bagian bawah isthmus yang meliputi ostium internum dan ostium eksternum. Canalis cervicis berbentuk fusiformis dan cervix secara keseluruhan berbentuk barrel. Ukuran uterus orang dewasa panjangnya 2,5 cm dan membentuk sepertiga panjang seluruh uterus.
gambar c
Gambar 3. Alat reproduksi wanita

Struktur makroskopik
-          Portio supra vaginalis : bagian dari cervix yang terletak di luar dan di atas vagina. Di superior (atas) bagian tersebut bertemu dengan corpus uteri pada isthmus.
-          Portio infra vaginalis : bagian dari cervix yang menonjol ke dalam vagina.
-          Ostium internum : bermuara ke dalam cavitas uteri. Ostium internum ini mengalami dilatasi pada saat persalinan.
-          Ostium eksternum : bermuara pada vagina di ujung bawah canalis cervicis. Pada pemeriksaan pelvis, ostium eksternum ini ditemukan setinggi tepi atas symphysis pubis.
-          Canalis cervicis : terletak antara ostium internum dan ostium eksternum.



Struktur mikroskopik
Terdiri atas tiga lapisan :
-          Endometrium : lapisan dalam,mengandung kelenjar resemosa, beberapa diantara kelenjar ini mempunyai silia yang memudahkan lewatnya spermatozoa. Jaringan tersebut tersusun dalam lipatan-lipatan yang disebut arbor vitae, lipatan-lipatan yang memungkinkan terjadinya dilatasi cervix tanpa trauma.
-          Otot : serabut-serabut otot involunter bercampur dengan jaringan kolagen padat yang menyebabkan cervix bersifat fibrosa. Rata-rata kandungan otot kira-kira 10%.
-          Peritoneum : menutup bagian cervix yang terletak diatas vagina. Peritoneum ini menutup secara longgar di daerah peritoneum membalik (mengalami refleksi atau pelipatan) ke atas di atas vesika urinaria. Keadaan demikian memungkinkan baik vesika urinaria maupun uterus dapat mengubah letaknya sesuai dengan yang dikehendaki. Portio vaginalis cervix mempunyai selubung luar yang terdiri atas epitel berlapis yang merupakan lanjutan epitel yang melapisi vagina. Epitel ini sedikit melanjutkan diri ke dalam canalis cervicis untuk bertemu dengan endometrium cervix pada batas skuamokolumer yang merupakan tempat paling umum untuk kanker cervix.
Vaskularisasi
Vaskularisasi oleh arteria uterine, dan drainase venosanya melewati vena-vena uterine.

Drainase limfatik
Ke dalam lymphonodi iliaci interni dan lymphonodi sacrales.

Inervasi
Oleh saraf simpatis dan parasimpatis dari plexus frankenhauser (plexus sacralis)

Penopang
-          Ligamentum cervicale : meluas dari cervix ke dinding lateral pelvis.
-          Ligamentum pubocervicale : berjalan ke depan dari cervix ke os pubis.
-          Ligamentum uterosacrale : meluas dari cervix dan berjalan ke belakang sacrum.

Hubungan
-          Anterior : excavatio vesicouterina peritoneum dan vesica urinaria.
-          Posterior : excavation rectouterina dan rectum
-          Lateral : ligamentum latum uteri dan ureter, yang disilangi oleh arteria uterine.

3)     TUBA FALLOPII
Merupakan dua buah saluran muskuler, masing-masing tuba berasal dari cornus uteri, berjalan ke kedua sisi dinding pelvis, kemudian membelok ke bawah dan ke belakang sebelum mencapai dinding lateral pelvis. Kedua tuba ini terletak di dalam ligamentum latum. Tuba fallopii berbentuk tubuler (seperti tabung). Lumen setiap tuba berhubungan dengan cavitas uteri pada ujung proksimalnya, dan berhubungan dengan cavitas peritonealis pada ujung distalnya. Dengan demikian terdapat hubungan langsung antara ostium vaginae pada vulva dan cavitas peritonealis. Panjang masing-masing tuba kira-kira 10 cm, diameternya bervariasi pada setiap tuba : pars interstitialis 1 mm, istmus 2,5 mm, ampulla dan infundibulum masing-masing 6 mm.
Struktur makroskopik
-          Pars interstitialis : terletak dalam dinding uterus dan panjangnya 2,5 cm.
-          Istmus : panjangnya 2,5 cm, merupakan bagian tuba fallopii yang paling sempit dan bekerja sebagai reservoar spermatozoa karena suhunya lebih rendah pada daerah ini dibandingkan dengan daerah lain tuba.
-          Ampula : daerah yang membesar dan merupakan tempat biasa berlangsungnya fertilisasi. Panjang ampula adalah 5 cm.
-          Infundibulum atau ujung fimbriae : daerah ujung distal tuba yang membelok ke belakang dan ke bawah, dan berakhir sebagai jonjot berbentuk seperti jari (fimbriae) yang mengelilingi ostium.

Struktur mikroskopik
-          Epitel bersilia : melapisi permukaan dalam tuba. Epitel tersebut mengalami perubahan jika ovum yang mengalami fertilisasi tertanam di dalam tuba. Epitel tersebut tersusun sebagai lipatan-lipatan yang disebut plicae yang dapat dilalui oleh ovum yang telah mengalami fertilisasi untuk turun secara perlahan dengan memungkinkan epitel tersebut berkembang dalam mempersiapkan implantasi ovum yang telah mengalami fertilisasi tersebut ke dalam uterus. Di dalam ampulla terdapat susunan plicae yang lebih nyata.
-          Jaringan ikat : terletak di bawah epitel.
Otot tersusun dalam dua lapis :
1.      Lapisan dalam terdiri atas serabut otot involunter tersusun sirkuler involunter.
2.      Lapisan luar terdiri atas serabut otot involunter tersusun longitudinal yang melanjutkan diri ke dalam corpus uteri. Kerja peristaltic otot-otot ini yang terutama mendorong ovum ke dalam uterus. Kontraksi serabut-serabut longitudinal menyebabkan fimbria lebih mendekati ovarium pada saat ovulasi.
-          Peritoneum : membungkus tuba dan tidak ada pada permukaan inferior tuba

Vaskularisasi
Pasokan darah berasal dari arteria uterine dan arteria ovarica ; kembalinya darah vena dialirkan lewat vena-vena yang sesuai. Infundibulum mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak yang saling menyilang dengan serabut-serabut otot.

Drainase limfatik
Drainase limfatik menuju ke dalam lymponodi lumbales.

Inervasi
Inervasinya berasal dari pleksus ovaricus.

Penopang
Dilakukan oleh ligamentum infundibulopelvicum. Ligamentum ini dibentuk dari lipatan-lipatan ligamentum latum dan berjalan dari infundibulum tuba ke dinding lateral pelvis.
Hubungan
-          Anterior, posterior, superior : cavitas peritonealis dan intestinum.
-          Inferior : ligamentum latum dan ovarium
-          Lateral : ligamentum infundibulopelvicum dan ligamentum teres uteri.
-          Medial : uterus.

tuba falopi
Gambar 4. Tuba falopii

4)    OVARIUM
Merupakan sepasang organ yang kecil berbentuk seperti buah kenari berwarna putih dan permukaannya bergerigi, kedua ovarium terletak di dalam cavitas peritonealis pada cekungan kecil di dinding posterior ligamentum latum. Kedua ovarium terletak pada ujung tuba fallopii yang mengandung fimbriae pada kira-kira setinggi pintu masuk pelvis. Ukuran 3 cm x 2 cm x 1 cm, beratnya 5-8 gr.

clip_image002[14]
Gambar 5. Ovarium

Struktur makroskopik
Strukturnya bervariasi, bergantung pada umur wanita :
-          Lahir sampai pubertas : ovarium ini licin dan halus, warnanya putih dan konsistensinya agak padat.
-          Fase menstruasi : antara pubertas dan menopause kedua ovarium tersebut lebih besar dan permukaannya agak ireguler, lebih menyerupai walnut dan tidak seperti buah kenari.
-          Fase postmenopause: ovarium menjadi lebih kecil dan mengkerut dan ditutupi oleh jaringan parut setelah bulan demi bulan sebelumnya folikel de graaf pecah.

Struktur mikroskopik
-          Epithelium  germinativum : nama lain untuk peritoneum yang menutupi ovarium.
-          Tunica albuginea ; merupakan selubung luar fibrosa yang keras.
-          Cortex : terutama terdiri atas stroma jaringan fibrovaskuler tempat folikel de graaf terkubur. Folikel-folikel ini masing-masing berisi ovum dan dapat ditemukan dalam berbagai tingkat perkembangan. Corpus luteum adalah jaringan parut yang terbentuk setelah folikel pecah. Dengan demikian cortex merupakan bagian fungsional pada ovarium.
-          Medulla : bagian tengah dan tempat masuknya pembuluh darah, limfa, dan saraf. Medulla terutama terdiri atas jaringan fibrosa dan elastic.

Vaskularisasi
Darah berasal dari arteria ovarica, dan drainase vena menuju ke vena-vena ovarica.

Drainase limfatik
Drainase limfatik menuju ke dalam lymphonodi lumbales.

Inervasi  : Pleksus ovaricus



Penopang
Berupa fossa tempat ovarium terletak. Perlekatan antara ovarium dengan ligament latum melalui mesovarium. Ligamentum latum yang meluas dari tuba fallopii dan ovarium disebut mesosalpinx.
Hubungan
-          Anterior : ligamentum latum
-          Lateral : tuba falopii

5)    VAGINA
Vagina merupakan saluran potensial yang terbentang dari vulva ke uterus. Vagina berjalan ke atas dan ke belakang sejajar dengan pintu masuk pelvis. Vagina dikelilingi dan ditopang oleh otot-otot dasar pelvis. Bentuknya seperti pipa. Bagian dinding belakang vagina lebih panjang dibanding dengan dinding depan apabila uterus anteversi. Panjang dinding depan kira-kira 7,5 cm, dan dinding belakang kira-kira 11,5 cm, apabila uterus dalam keadaan retroversi maka ukuran tersebut adalah sebaliknya.

Struktur makroskopik
Karena cervix menonjol ke dalam maka terbentuk 4 fornix berdasarkan letaknya fornix tersebut disebut fornix anterior, posterior, dan lateral ; fornix posterior merupakan fornix yang terluas. Pada ostium externum vaginae, muara tersebut ditutupi oleh hymen (selaput dara) dan apabila hymen robek maka yang dijumpai bkn hymen melainkan caruncula myrtiformis atau caruncula hymenalis.

Struktur mikroskopik
-          Epitel skuamosa : suatu jenis kulit yang mengalami modifikasi dan membentuk lapisan dalam vagina.
-          Jaringan ikat vaskuler
-          Dinding otot yang tersusun menjadi dua lapisan dari serabut otot involunter yaitu serabut-serabut sirkuler bagian dalam dan serabut-serabut longitudinal bagian luar.
-          Fascia dibentuk dari jaringan ikat longgar yang merupakan bagian dari jaringan seluler pelvis.
Dinding vagina tidak halus, tetapi terdapat lipatan-lipatan transversal yang disebut rugae, yang memungkinkan vagina dapat meregang.

Vaskularisasi
Berasal dari arteri vaginalis dan arteri uterine yang merupakan cabang arteri iliaca interna, membentuk plexus (anyaman) yang mengelilingi vagina. Drainase venosa melalui vena-vena yang sesuai.

Drainase limfatik
Drainase limfatik dari sepertiga bagian bawah vagina menuju ke lymphonodi inguinales sedangkan dua pertiga bagian atas menuju lymphonodi iliaci externi.

Inervasi
Saraf simpatis dan parasimpatis dari plexus Lee-Frankenhauser (plexus sacralis) menginervasi bagian vagina yang terletak di atas musculi levators ani. Nervus pudendus menginervasi daerah vagina bagian bawah.

Hubungan
-          Anterior : dasar vesika urinaria terletak pada setengah bagian atas. Urethra terkubur pada setengah bagian bawah vagina.
-          Posterior : cavum douglasi ( sebelah atas ), rectum (dicentral), corpus perinealis (di bagian bawah)
-          Lateral : musculus pubococcygeus di sebelah bawah
-          Inferior : struktur vulva
-          Superior : cervix uteri
Terdapat media yang asam di dalam vagina yang dihasilkan oleh bacillus doederlein, yang merupakan mikroorganisme normal di dalam vagina. Bacillus doederlein bekerja mengubah glikogen pada dinding vagina menjadi asam laktat. Jumlah glikogen pada dinding vagina dipengaruhi oleh siklus hormone ovarium. pH normal cairan vagina berkisar antara 3,8 sampai 4,5. Medium asam akan menghancurkan organism pathogen, tetapi apabila bacillus tersebut tidak ada atau berkurang maka keasaman vagina akan berubah sehingga terjadi vaginitis.

1.      GENITALIA EKSTERNA WANITA
Organ genital eksterna wanita secara kolektif dikenal sebagai vulva dan meliputi semua struktur yang terlihat diantara pubis sampai perineum yaitu :
1)         Mons Pubis ( mons veneris ) : suatu bantalan jaringan lemak yang ditutupi oleh kulit, yang terletak diatas sympysis pubis. Setelah pubertas akan ditumbuhi rambut (pubis).
2)         Labia majora (tunggal : Labium Majus)  : Terdiri dari 2 buah lipatan kulit memanjang dari mons pubis kearah postero-inferior dan menyatu dibagian posterior membentuk commisura posterior. Secara morfologis struktur ini identik dengan skrotum pada laki-laki.
3)         Labia minora (tunggal : Labium Minus) : dua lipatan kulit yang berwarna merah muda yang lebih kecil terletak memanjang di bagian dalam labia majora. Kedua labia minora ini halus tidak tertutup oleh rambut, tetapi mengandung sejumlah glandula sudorifera dan glandula sebasea. Daerah yang ditutupi oleh kedua labia minora ini disebut vestibulum. Masing-masing labium minus terbagi menjadi dua lipatan di bagian anterior . Lipatan bagian atas mengelilingi klitoris dan bertemu untuk membentuk prepusium. Dua lipatan bagian bawah melekat pada permukaan bawah klitoris dan disebut frenulum. Di bagian posterior kedua labia minora bertemu untuk membentuk lipatan tipis yang disebut fossa vestibuli vaginae (fourchette).  
4)         Klitoris : merupakan struktur kecil, sangat sensitive (peka) dan erektil yang terletak di dalam lipatan preputium dan frenulum. Klitoris terdiri dari 2 buah corpus cavernosa yang terletak berdampingan satu sama lain dan memanjang ke belakang untuk melekat pada periosteum dari corpus ossis pubis. Klitoris merupakan struktur yang dapat disetarakan dengan penis pada pria, tetapi pada klitoris tidak terdapat urethra.

clip_image002[3]

Gambar 6. Alat reproduksi wanita bagian luar
5)         Vestibulum
Vestibulum merupakan cekungan memanjang antara labia minor dan orifisium vaginae. Lokasi klitoris berada dibagian ujung anterior vestibulum yang berbentuk segitiga. Terdapat 6 muara pada vestibulum:
-          Meatus urethra : juga dikenal sebagai istium urethrae externum, dan muara ini terletak 2,5 cm di bawah klitoris.
-          Dua ductus skene : muara kedua tubuli skene yang berjalan sejajar dengan urethra sepanjang kira-kira 6 mm, dan kemudian bermuara pada kedua sisi ostium urethrae externum.
-          Ostium vaginae : juga disebut introitus vaginae, dan ini menempati dua pertiga bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo intacta) ostium vaginae ini ditutupi oleh hymen, yaitu suatu membrane (selaput) berlubang-lubang yang dapat dilewati darah menstruasi. Hymen akan sobek saat koitus (hubungan seksual) dan laserasi lebih lanjut terjadi pada saat melahirkan, dan sisa-sisa robekan tersebut dikenal sebagai caruncula myrtiformis atau caruncula hymenales.
-          Dua ductus glandula Bartholini : glandula bartholini ini terletak dikedua sisi vagina, berada pada ligamentum triangulare, bentuk dan besar kelenjar ini sebanding dengan kacang kapri, dan terdiri atas glandula racemosa dan mensekresi mucus. Ductusnya merupakan muara kelenjar tersebut, dan bermuara di luar hymen sehingga sekresi kelenjar tersebut akan mempertahankan genital eksterna tetap lembab.

Vaskularisasi
Arteri pudenda yang merupakan cabang arteri femoralis memberikan vaskularisasi ke genital eksterna. Drainase vena melalui vena-vena yang sesuai.

Drainase lymphatic
Sebagian drainasenya menuju ke lymphonodi inguinales dan sebagian ke lymphonodi iliaci externi.

Inervasi
Cabang nervus pudendus dan nervus perinealis yang memberikan inervasi ke vulva.
Gambar 7. Alat Reproduksi Ekternal Wanita

2.     PELVIS DAN PERINEUM PADA WANITA
Ø  Panggul wanita terdiri dari :
I.       Bagian keras yang dibentuk oleh empat buah tulang:
-       2 tulang pangkal paha (os coxae)
-       1 tulang kelangkang (os sacrum)
-       1 tulang tungging (os coccygis)

II.    Bagian lunak : diafragma pelvis, dibentuk oleh :
1)      Pars muskularis levator ani, yang terdiri dari :
-       Muskulus pubococcygeus dari os pubis ke septum anococcygeum
-       Muskulus iliococcygeus, dari arkus tendineus muskulus levator ani ke os coccygis dan septum anococcysigeum
-       Muskulus ischiococcygeus dari spina ischiadica ke pinggir os sacrum dan os coccygis.
2)      Pars membranesa
a)      Hiatus urogenitalis
-          Terletak antara kedua muskulus pubococcygeus
-          Berbentuk segitiga
b)      Difragma urogenitalis
-          Menutupi hiatus urogenitalis
-          Di bagian depannya ditembus oleh uretra dan vagina
3)      Regio perineum
Merupakan bagian permukaan pintu bawah panggul terbagi menjadi :
a)      Bagian anal (sebelah belakang)
Terdapat muskulus sfingter ani eksternum yang mengelilingi anus dan liang senggama bagian bawah
b)      Regio urogenitalis
Terdapat muskulus ischiokavernosus dan muskulus transverses perinea superfisialis.

Ø  Tulang pangkal paha (os coxae)
Terdiri dari tiga buah tulang yang berhubungan satu dengan lainnya pada asetabulum, yaitu mangkok tempat dari tulang paha (kaput femoris). Ketiga tulang tersebut adalah tulang usus (os ilium), tulang duduk (os ischium), dan tulang kemaluan (os pubis).
1)         Tulang usus (os ilium)
-             Merupakan tulang terbesar dari panggul dan membentuk bagian atas dan belakang panggul
-             Batas atasnya merupakan penebalan tulang yang disebut Krista iliaca
-             Ujung depan dan belakang Krista iliaca menonjol : spina iliaca anterior superior dan spina iliaca posterior superior
-             Terdapat tonjolan memanjang di bagian dalam tulang usus (os ilium) yang membagi pelvis mayor dan pelvis minor disenut linea innominata (linea terminalis)
-             Linea terminalis merupakan bagian dari pintu atas panggul
2)         Tulang duduk (os ischium)
-             Terdapat di sebelah bawah tulang usus
-             Pinggir belakangnya menonjol : spina ischiadica
-             Pinggir bawah tulang duduk sangat tebal, yang mendukung badan saat duduk disebut tuber ischiadicum .
3)         Tulang kemaluan (os pubis)
-             Terdapat di sebelah bawah dan depan tulang usus
-             Dengan tulang duduk dibatasi foramen obturatum
-             Tangkai tulang kemaluan yang berhubungan dengan tulang usus : ramus superior ossis pubis

Ø  Tulang selangkang (os sacrum)
Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar di bagian atas dan mengecil di bagian bawahnya. Tulang kelangkang terletak di antara kedua tulang pangkal paha yang terdiri dari dan mempunyai ciri:
-             Terdiri dari lima ruas tulang yang berhubungan erat
-             Permukaan depan licin dengan lengkungan dari atas ke bawah dan dari kanan maupun kiri
-             Di kanan dan kiri, garis tengah terdapat lubang yang akan dilalui saraf: foramina sacralia anterior
-             Tulang kelangkang berhubungan dengan tulang pinggang ruas kelima
-             Tulang kelangakang yang paling atas mempunyai tonjolan besar ke depan disebut promontorium
-             Ke samping tulang kelangkang berhubungan dengan tulang pangkal paha melalui artikulasio sacro-iliaca
-             Ke bawah tulang kelangkang berhubungan dengan tulang tungging (os coccygis)

Ø  Tulang tungging (os coccygis)
-             Bentuk segitiga dengan ruas 3 sampai 5 buah dan bersatu
-             Pada saat persalinan tulang tungging dapat didorong ke belakang sehingga memperluas jalan lahir.

Kesatuan tulang pangkal paha
Tulang panggul yang terdiri dari empat buah tulang berhubungan erat melalui persendian. Di samping persendian, tulang panggul dihubungkan oleh jaringan ikat berupa ligamentum sehingga seluruhnya merupakan dan membentuk jalan lahir yang kuat.
Tulang pangkal paha yang membentuk panggul kecil (pelvis minor) berhubungan dengan tulang kelangkang melalui artikulasi sacro-iliaca. Jaringan ikat yang menghubungkan tulang tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a)         Permukaan belakang tulang kelangkang ke tulang usus
-          Ligamentum sacro-iliaca posterior
b)         Permukaan depan tulang kelangkang ke tulang usus
-          Ligamentum sacro-iliaca anterior
-          Ligamentum iliolumbalis
-          Ligamentum sacro-iliaca interossea
c)         Tulang kelangkang ke spina ischiadica
-          Ligamentum sacrospinosum
d)        Tulang kelangkang ke tuber ossis ischiadica
-          Ligamentum sacrotuberosum
e)         Tulang pangkal paha kanan dan kiri dihubungkan oleh Simfisis pubis






Perbandingan tulang pelvis antara pria dengan wanita
Tulang pelvis
Pria
Wanita
Struktur umum
lebih tebal dan berat
tipis dan ringan
Pelvis mayor
dalam
dangkal
Pelvis minor
sempit dan dalam
besar dan dangkal
Superior pelvic aperture
bentuk jantung
oval dan bulat
Inferior pelvic aperture
tergolong kecil
tergolong lebar
Pubic arch
sempit
lebar
Obturator foramen
bulat
oval
Acetabulum
lebar
kecil

        
               Gambar 8. Pelvis pria                       Gambar 9. Pelvis wanita

Bentuk panggul wanita
Menurut Caldwell dan Molloy terdapat empat bentuk panggul pada wanita. Bentuk panggul ini akan menentukan jalan lahir dan mekanisme persalinan.
Bentuk-bentuk tersebut adalah :
1.         Panggul  ginekoid ( bentuk yang paling ideal untuk melahirkan)
2.         Panggul android
3.         Panggul anthropoid
4.         Panggul platipeloid

gambar panggul
Gambar 10. Bentuk panggul

Pelvis Minor
Pelvis minor memiliki arti yang penting karena merupakan tempat alat reproduksi wanita dan membentuk jalan lahir.  Jalan lahir berbentuk corong dengan luas bidang yang berbeda-beda sehingga dapat menentukan posisi dan letak bagian terendah janin yang melalui jalan lahir itu.
Ciri khas jalan lahir adalah sebagai berikut:
1)         Terdiri dari empat bidang :
a.       Pintu atas panggul
Berupa bulatan oval dengan panjang ke samping dan dibatasi oleh :
-    Promontorium
-    Sayap os sacrum
-    Linia terminalis kanan dan kiri
-    Ramus superior ossis pubis kanan dan kiri
-    Pinggir atas simfisis pubis
Pada pintu atas panggul ditentukan tiga ukuran penting, yaitu ukuran muka belakang (konyugata vera), ukuran lintang (diameter transversa), dan ukuran serong (diameter oblique).

b.      Bidang terluas panggul
Membentang antara pertengahan simfisis menuju pertemuan tulang belakang (os sacrum) kedua dan ketiga.
c.       Bidang sempit panggul
Memiliki jalan terkecil jalan lahir, membentang setinggi tepi bawah simfisis menuju kedua spina ischiadica dan memotong tulang kelangkang (os sacrum) setinggi 1 sampai 2 cm
d.      Pintu bawah panggul
Terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama.
-   Segitiga depan : dasarnya tuber ossis ischiadica dengan dibatasi arkus pubis
-   Segitiga belakang : dasarnya tuber ossis ischiadica dengan dibatasi oleh ligamentum sacrotuberosum kanan dan kiri.
2)         Jalan lahir merupakan corong yang melengkung ke depan

3.     PAYUDARA
Disebut juga glandula mammaria, yang merupakan alat reproduksi tambahan. Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada di atas musculus pectoralis major dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium. Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas keketiak atau axilla (disebut cauda axillaris Spence).
Struktur makroskopis
-      Cauda axillaris : jaringan payudara yang meluas ke arah axilla.
-      Areola : daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. di daerah areola ini terletak kira-kira 20 glandula sebacea.
-      Papilla mammae : terletak dipusat areola mamae setinggi costa ke 4. Papilla mammae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm, tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan sangat peka. Permukaannya berlubang-lubang berupa ostium papillare yang merupakan muara ductus lactifer, ductus lactifer ini dilapisi oleh epitel.

Struktur mikroskopik
Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah jaringan lemak dan ditutupi kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18 lobus yang dipisahkan satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringan fibrosa. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang tersusun atas :
-      Alveoli : mengandung sel-sel yang menyekresi air susu yang disebut acini. Disekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang-kadang disebut sel ‘keranjang’ (basket cell) atau sel ‘laba-laba’ (spider cell). Apabila sel-sel ini dirangsang oleh oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer.
-      Tubulus lactifer : saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.
-      Ductus lactifer : saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer.
-      Ampulla : bagian dari ductus lactifer yang melebar yang merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak di bawah areola.
Vaskularisasi
Suplai darah berasal dari arteria mammaria interna, arteria mammaria externa, dan arteria-arteria intercostalis superior. Drainase vena melalui pembuluh-pembuluh yang sesuai, dan akan masuk ke dalam vena mammaria interna dan vena axillaris.
Drainase lymfatik
Terutama ke dalam kelenjar axillaris, dan sebagian akan dialirkan ke dalam fisura portae hepar dan kelenjar mediastinum. Pembuluh limfatik dari masing-masing payudara berhubungan satu sama lain.
Persyarafan
Fungsi payudara terutama dikendalikan oleh aktivitas hormone, tetapi kulitnya dipersarafi oleh cabang-cabang nervus thoracalis. Juga terdapat sejumlah saraf simpatis, terutama disekitar areola dan papilla mammae.
 
Gambar 11. Payudara
B.  ORGAN GENETALIA LAKI - LAKI

http://www.seksualitas.net/wp-content/uploads/2010/12/anatomi-penis1-300x251.gif
Gambar 12. Alat Reproduksi Pria

1.   GENETALIA INTERNA PRIA
a.     Testis
Testis merupakan gonad laki-laki yang dapat memproduksi sperma dan hormone reproduksi (testosterone). Testis berada di dalam scrotum dan digantung oleh spermatic cord. Testis sebelah kiri cenderung lebih rendah. Permukaan testis dilapisi oleh lapisan visceral tunika vaginalis kecuali bagian testis yang menempel dengan epididymis dan spermatic cord.  Testis mempunyai lapisan luar berupa fibrosa yang kuat yang disebut tunika albuginea. Tunika albuginea akan menebal membentuk mediastinum testis dan akan memanjang membentuk septa. Septa membatasi lobula yang berada didalam testis. Testis dibagi menjadi 200-300 lobula, yang masing-masing lobula tersebut berisi 1-3 tubula seminiferous. Setiap tubula mempunyai panjang sekitar 62 cm yang menggulung dan tersusun secara padat di dalam testis.  Bagian posterior tubula terhubung dengan plexus yang masuk ke dalam rete testis yang kemudian akan penetrasi kedalam tunika albuginea di bagian atas testis. Setelah itu menuju bagian head epididymis yang dibentuk oleh duktus eferen. Duktus eferen berfungsi untuk membentuk satu tuba yang akan membentuk body dan tail epididymis.
Vaskularisasi:
·         Arteri : berasal dari abdominal aorta yang akan bercabang menjadi arteri testicular. Arteri tersebut akan bercabang dan berhubungan dengan arteri duktus deferen.
·         Vena :   membentuk pampiniform plexus dari bagian anterior duktus deferens dan mengelilingi testis. Pampiniform plexus berfungsi sebagai thermoregulatory, yaitu penjaga temperatur testis agar konstan. Vena testicular kanan akan menuju vena kava inferior, sedangkan vena testicular kiri akan masuk ke vena renal kiri.

b.     Epididymis
Merupakan pipa halus yang berkelok-kelok, masing-masing panjangnya 6 meter, yang menghubungkan testis dan vas deferens. Epididymis adalah struktur perpanjangan dari bagian posterior testis. Duktus eferen yang berasal dari testis memindahkan sperma yang baru dibuat menuju epdidymis. Epididymis dibentuk oleh duktus epididymis yang kecil dan melilit secara padat. Saluran tersebut akan menjadi lebih kecil ketika melalui bagian atas epididymis (head of epididymis). Epididymis berfungsi sebagai tempat pematangan, penyimpanan dan sekresi.
Epididymis terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
-          Head of epididymis : dibentuk oleh lobule yang berisi 12—14 duktus eferen.
-          Body of epididymis
-          Tail of Epididymis : bagian epididymis yang akan menuju vas deferens.

c.      Ductus deferens
Merupakan perpanjangan saluran epididymis. Duktus deferens mempunyai dinding otot yang tebal dengan lumen yang halus sehingga memberikan struktur yang kuat. Dimulai dari bagian tail of epididymis yang terletak di ujung bawah testis. Merupakan komponen utama spermatic cord. Masuk ke dinding anterior abdomen melalui inguinal canal. Berakhir dengan menyatu dengan duktus vesika seminalis untuk membentuk duktus ejakulatori. Bagian ujung duktus deferens akan membesar yang disebut Ampulla.

Vaskularisasi:
·         Arteri :  berasal dari arteri vesical superior yang akhirnya akan menyatu dengan arteri testicular.
·         Vena :  berasal dari vena testicular, termasuk plexus pampiniform. Bagian ujungnya menuju vena vesicular plexus atau vena prostatic plexus.

d.     Seminal gland
Vesika seminalis mempunyai struktur memanjang yang berada diantara bagian fundus bladder dan rectum. Vesika seminalis berada di atas kelenjar prostat dan tidak menyimpan sperma. Ia hanya mensekresikan cairan kental yang bersifat alkali, kelenjar tersebut juga mengandung fruktosa (sebagai sumber energy untuk sperma) yang akan dicampurkan dengan sperma ketika melewati duktus ejakulatori dan uretra.

Vaskularisasi:
·         Arteri :  berasal dari arteri vesical inferior dan middle rectal arteries.
·         Vena :  mengiringi arteri

e.     Ejaculatory ducts
Merupakan pembuluh kecil yang berasal dari gabungan duktus vesika seminalis dan duktus deferens. Duktus ejakulatori mempunyai panjang sekitar 2,5 cm. Walaupun saluran ini melalui kelenjar prostat, namun sekresi prostat tidak bercampur dengan cairan seminal sampai duktus ejakulatori berakhir di prostatic urethra.

Vaskularisasi:
·         Arteri : arteri yang berasal dari duktus deferens
·         Vena :  bergabung dengan vena prostatic plexus dan vesical plexus

f.      Kelenjar prostat
Prostat merupakan kelenjar berbentuk piramida terbalik yang dibungkus oleh kapsul fibro-muskuler yang terletak di inferior dari kandung kemih. Berat normalnya: 18-20 gram, di dalamnya terdapat uretra pars posterior yang panjangnya 2,5 cm, ukuran prostat 3,5 cm pada potongan transversal basis dan 2,5 cm pada potongan vertikal dan antero-posterior. Jaringan penyangga prostat di bagian depan adalah ligamentum puboprostatikum dan di sebelah inferior oleh diafragma urogenital. Prostat di bagian belakang ditembus duktus ejakulotorius yang berjalan oblique sampai menembus veromontanum pada dasar uretra pars prostatika, tepat diproksimal dari sfinkter uretra eksterna.
Secara makroskopis prostat terdiri dari otot polos dan jaringan ikat, organ ini menghasilkan sekret yang memberikan bau khas pada semen.
Bagian-bagiannya :
-          Apex : bagian terbawah dari prostat, terletak kira-kira 12 cm posterior dari tepi bawah symphisis pubis.
-          Basis : bagian prostat yang terletak pada bidang horisontal setinggi pertengahan symphisis pubis.
-          Permukaan inferolateral : bagian yang convex yang dipisahkan dari facies superior diafragma urogenital oleh plexus venosus.
-          Permukaan anterior: dipisahkan dari symphisis oleh jaringan lemak retro pubic legamentum pubo-prostatikum medialis melekat pada permukaan anterior ini.
-          Permukaan posterior : datar dan berbentuk segitiga dimana terdapat median groove, permukaan posterior ini dapat diraba dengan colok dubur.

Lobus prostat
Menurut klasifikasi dari Lowsley, prostat dibagi menjadi 5 lobos, yaitu :
-          Lobus anterior
-          Lobus posterior
-          Lobus medialis
-          Lobus lateral kanan
-          Lobus lateral kiri

Secara mikroskopis
Prostat terdiri dan 30-50 kelenjar tubulo-alveolur bercabang yang mengeluarkan sekretnya kedalam uretra pars prostalika pada saat ejakulasi. Prostat dibungkus kapsul fibro-elastik yang banyak mengandung otot polos, epithel pseudo komplek atau selapis silindris sampai kuboid rendah, tergantung sekresi kelenjar, lamina basalis tipis, dibawahnya terdapat jaringan ikat dan otot polos.
Saluran prostat mengeluarkan cairan berwarna putih seperti susu dan merupakan 20% dari   keseluruhan cairan semen. Kelenjar prostat berperan dalam aktivasi sperma.

Vaskularisasi:
·         Arteri : berasal dari arteri iliac internal khususnya arteri vesical inferior, internal pudendal dan middle rectal arteries.
·         Vena :  membentuk prostatic plexus yang berasal dari vena iliac internal. Vena tersbut akan menuju vena vesical plexus.
·         Lymphe : Aliran lympe dari prostat sebagian besar dialirkan ke Inn. iliaca interna, tetapi sebagian ada yang masuk ke Inn iliaca externa.

Gambar 13. Alat Reproduksi Pria



g.     Bulbourethral glands
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar kecil kira-kira sebesar kacang kapri, berwarna kuning, terletak tepat dibawah prostat. Saluran kelenjar ini panjangnya kira-kira 3 cm, dan bermuara ke dalam uretra sebelum mencapai bagian penis. Sekresi dari glandula bulbourethralis ini ditambahkan ke dalam cairan seminal. Glandula bulbourethralis mengeluarkan sedikit cairan bersifat alkali atau basa sebelum ejakulasi dengan tujuan untuk melumasi penis sehingga mudah masuk ke dalam vagina.

2.   GENETALIA EKSTERNA PRIA
a.     Scrotum
Scrotum adalah struktur yang tertutup oleh kulit dan merupakan tempat bergantungnya penis. Scrotum dibagi oleh septum yang terdiri dari jaringan fibrosa menjadi dua ruangan yang masing-masing berisi 1 testis, satu epididymis, dan bagian permulaan vas deferen. Scrotum berjumlah sepasang, yaitu scrotum kanan dan scrotum kiri. Di antara scrotum kanan dan scrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan scrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur. Di dalam scrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh.










b.     Penis
Gambar 14. Penis
Penis terdiri dari akar (menempel pada dinding perut), badan (merupakan bagian tengah dari penis), dan Glands penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).
Dasar glands penis disebut korona. Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan (preputium) membentang mulai dari korona menutupi glands penis.
Badan penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).
Kedua korpus kavernosa ini diliputi oleh jaringan ikat yang disebut tunica albuginea, satu lapisan jaringan kolagen yang padat dan di luarnya ada jaringan yang kurang padat yang disebut fascia buck. Korpus kavernosa terdiri dari gelembung-gelembung yang disebut sinusoid. Dinding dalam atau endothel sangat berperan untuk bereaksi kimiawi untuk menghasilkan ereksi. Ini diperdarahi oleh arteriol yang disebut arteria helicina. Seluruh sinusoid diliputi otot polos yang disebut trabekel. Selanjutnya sinusoid berhubungan dengan venula (sistem pembuluh balik) yang mengumpulkan darah menjadi suatu pleksus vena lalu akhirnya mengalirkan darah kembali melalui vena dorsalis profunda dan kembali ke tubuh.
Persyarafan
Penis dipersyarafi oleh 2 jenis syaraf yakni syaraf otonom (para simpatis dan simpatis) dan syaraf somatik (motoris dan sensoris). Syaraf-syaraf simpatis dan parasimpatis berasal dari hipotalamus menuju ke penis melalui medulla spinalis (sumsum tulang belakang).
Khusus syaraf otonom parasimpatis ke luar dari medulla spinalis (sumsum tulang belakang) pada kolumna vertebralis di S2-4. Sebaliknya syaraf simpatis ke luar dari kolumna vertebralis melalui segmen Th 11 sampai L2 dan akhirnya parasimpatis dan simpatis menyatu menjadi nervus kavernosa. Syaraf ini memasuki penis pada pangkalnya dan mempersyarafi otot- otot polos
Syaraf somatis terutama yang bersifat sensoris yakni yang membawa impuls (rangsang) dari penis misalnya bila mendapatkan stimulasi yaitu rabaan pada badan penis dan kepala penis (glans), membentuk nervus dorsalis penis yang menyatu dengan syaraf-syaraf lain yang membentuk nervus pudendus.
Syaraf ini juga berlanjut ke kelumna vertebralis (sumsum tulang belakang) melalui kolumna vertebralis S2-4. Stimulasi dari penis atau dari otak secara sendiri atau bersama-sama melalui syaraf-syaraf di atas akan menghasilkan ereksi penis.

Vaskularisasi
Pendarahan untuk penis berasal dari arteri pudenda interna lalu menjadi arteria penis communis yang bercabang 3 yakni 2 cabang ke masing-masing yakni ke korpus kavernosa kiri dan kanan yang kemudian menjadi arteria kavernosa atau arteria penis profundus yang ketiga ialah arteria bulbourethralis untuk korpus spongiosum. Arteria memasuki korpus kavernosa lalu bercabang-cabang menjadi arteriol-arteriol helicina yang bentuknya berkelok-kelok pada saat penis lembek atau tidak ereksi. Pada keadaan ereksi, arteriol-arteriol helicina mengalami relaksasi atau pelebaran pembuluh darah sehingga aliran darah bertambah besar dan cepat kemudian berkumpul di dalam rongga-rongga lakunar atau sinusoid. Rongga sinusoid membesar sehingga terjadilah ereksi.
Sebaliknya darah yang mengalir dari sinusoid ke luar melalui satu pleksus yang terletak di bawah tunica albugenia. Bila sinusoid dan trabekel tadi mengembang karena berkumpulnya darah di seluruh korpus kavernosa, maka vena-vena di sekitarnya menjadi tertekan.  Vena-vena di bawah tunica albuginea ini bergabung membentuk vena dorsalis profunda lalu ke luar dari Corpora Cavernosa pada rongga penis ke sistem vena yang besar dan akhirnya kembali ke jantung.























DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Anonim. Breast. http://en.wikipedia.org/wiki/Milk_line (akses 5 Oktober 2011)
Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi. http://sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-laktasi.html (akses 5 Oktobert 2011)
Keith L. More, Anne M.R. Agur. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Sarwono Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Stephan, Pam.2009.  Milk Lines.http://breastcancer.about.com/od/nippleandareolahealth/g/milk-lines-definition.htm (akses 5 Oktober 2011)
Stright,Barbara R. 2005. Keperawatan Ibu- Bayi Baru Lahir.Jakarta. EGC
Verrals, Sylvia. 1997. Anatomi & Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Edisi 3. Jakarta.EGC
.

.